Trump ajukan anggota NATO Ukraina ditunda selama 20 tahun, Menteri Luar Negeri Rusia: tidak puas

Kelly 0 komentar 69 favorit
Trump ajukan anggota NATO Ukraina ditunda selama 20 tahun, Menteri Luar Negeri Rusia: tidak puas

Melampaui batas 31 Desember. Menurut menteri luar negeri Rusia, dalam sebuah pernyataan pada Januari 1, “usulan yang diajukan [tim transisi calon presiden Donald Trump] tidak memenuhi harapan kita”, karena Rusia tidak akan menerima penundaan siapa pun atas keanggotaan Ukraina di NATO, dan tidak akan mendukung pengiriman pencegah konflik Eropa di Ukraina. Kedua ide ini diajukan oleh para penasihat Trump sebagai bagian dari “sikap perdamaian potensial” antara Kyiv dan Moskow, menurut The Wall Street Journal , yang mengutip “orang-orang yang familier dengan debat internal di antara para penasihat Trump.”

“Kami selalu siap untuk berbicara tentang apa pun [penawaran negosiasi], dan akan terus seperti itu,” ujar Lavrov kepada TASS (agensi berita milik pemerintah Rusia) pada 29 Desember. “Tetapi perlu dipahami dengan siapa dan dalam format apa kita akan melakukannya karena Amerika Serikat selama ini memang mengirimkan segala jenis sinyal kepada kita. Kami belum menerima sinyal resmi apa pun mengenai penyelesaian krisis Ukraina.

“Hingga 20 Januari, [Trump masih] calon presiden AS – hanya dia yang memutuskan dan membentuk politik negara secara keseluruhan di berbagai bidang. Ini dilakukan oleh presiden AS sekarang dan kabinetnya. Hingga saat ini, hanya yang terakhir ini yang memiliki hak untuk menyampaikan kehendak Washington kepada Rusia. Kami beberapa kali diberi informasi, baik-baik saja, namun pendekatan ini belum mencapai tingkat dimana kami dapat bicara tentang negosiasi terkait Ukraina.”

Karena: “Jika peningkatan ke Timur blok NATO menjadi katalisator utama krisis Ukraina, maka garansi status non-blok Ukraina akan selalu tetap menjadi salah satu tujuan Operasi Militer Khusus.”

Menteri Luar Negeri Rusia itu menyambung, “Dan ini tentu akan dicapai.” Ketika ditanya apakah “Puncak Perdamaian” yang diproposes untuk mengatasi konflik Rusia-Ukraina akan dihadiri perwakilan Rusia, Lavrov merespon bahwa, “bahkan jika ada undangan, tidak akan ada hal seperti itu. Ini tak berkaitan [dengan urusan undangan], karena kami tidak akan berpartisipasi dalam permainan-permainan ini dengan krisis Ukraina.”

Semuanya dimulai dengan wawancara yang diberikan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy kepada Kyodo News (agensi berita Jepang) pada 1 Desember. Itu adalah wawancara pertama yang dia berikan kepada organisasi media yang berasal dari luar Barat. Zelenskyy, yang konsisten menolak memaknai Ukraina belum mampu merebut kembali satu meter persegi pun dari wilayah Ukraina yang ditempati Rusia secara paksa, mengatakan ia tak melihat bagaimana ia mampu merebut dengan kekuatan militer sekitar 40 persen wilayah Ukraina, “walau ia akan berusaha semampunya.” Ia kembali menyatakan akan tidak menutup kemungkinan akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk melakukan negosiasi demi perdamaian, sesuai seperti yang dilakukan kedua belah pihak dalam lima kesempatan setelah dimulainya operasi militer “khusus Ukraina”, terakhir kali pada 29 Maret 2022 di Istanbul.

Pernyataan tak terduga dari Zelenskyy tersebut memicu harapan baru untuk kesepakatan perdamaian yang mengakhiri berlalunya hampir satu tahun konflik antara pasukan Rusia dengan militer Ukraina. Hal ini pada akhirnya membuat media AS lebih banyak mendiskusikan rencana yang mungkin akan dilakukan Trump untuk menjadi perantara perdamaian antara Moskow dan Kyiv.

“[Pernyataan pada] 1 Desember ini memunculkan harapan baru untuk [tercapainya] kesepakatan perdamaian potensial [namun] juga memicu ronde kritik baru [terhadap Zelenskyy]. Beberapa [politisi dan figur media Ukraina] menuduh Zelenskyy telah kehilangan [perangnya]. Para lainnya menuduhnya melakukan [korban] pasukan Ukraina demi mencapai tujuannya politiknya.”

The WSJ melaporkan para penasihat Trump telah merancang sebuah rencana “untuk mengakhiri perang”. Rencana yang dirancang mereka, kata koran tersebut, akan “termasuk penundaan penawaran keanggotaan NATO oleh Ukraina selama 20 tahun, serta penyekatan garis kontak (garis depan) saat ini antara pasukan Rusia dan Ukraina, serta pembentukan zona “demilitarasi” di Ukraina, yang dijaga oleh pencegah konflik dari sekutu Eropa.”

“Saya selalu terkejut bahwa media mainstream AS, dan sekarang secara terbuka WSJ, dengan begitu mudahnya menirukan frase propaganda ‘operasi militer khusus’ dari Kruschev,” tulis James Kiracofe, wakil editor WSJ, sebagai tanggapan atas kritik pembaca tentang artikel yang ditulisnya.

Merespons usulan untuk kesepakatan perdamaian dengan Rusia, menteri luar negeri Rusia tersebut mengatakan, “Berbeda dengan banyak bocoran dan dari yang dituturkan dalam wawancara dengan majalah Time oleh [Trump] pada 12 Desember, dia memenuhi janji lagi ‘menyekat’ permusuhan sepanjang garis kontak dan mengambil tanggung jawab konfrontasi dengan Rusia atas nama Eropa. Penundaan NATO selama 20 tahun serta proposal untuk mengirimkan pencegah konflik Ukraina dan Eropa, tentu saja, sesuatu yang tidak menyenangkan dan tidak dapat diterima bagi kami dari mereka yang [menyampaikan]nya. Karena yang kita dengar dari mereka yang sekarang berkuasa di Washington.”

Lavrov mengatakan akan ada perdamaian yang tahan lama dan permanen antara Rusia dan Ukraina hanya ketika “akar masalah” penyebabnya dihilangkan dengan “perjanjian yang dapat dipercaya dan berikatan hukum yang melibatkan mekanisme pencegahan krisis di masa mendatang.” Ia menekankan bahwa usulan Rusia untuk mengakhiri permusuhan kedua negara adalah yang lebih dari terkenal oleh semua pihak, mengacu pada banyak catatan yang dipublikasikan Presiden Rusia Putin saat berkunjung ke luar negeri dan saat konferensi pers. Dalam salah satu sesi konferensi pers tahunan tahun 2022, 21 Desember lalu, yang bertemakan tahunan pengamatan kinerja Rusia, putin memberikan garis besar dalam lima poin yang menjadi syarat perdamaian yang harus diakui oleh Ukraina antara lain:

Status non-aligned (tidak bermasalah) dan non-bloc (tidak terlibat) Ukraina harus mendapat perlindungan secara hukum, dan meniadakan, “paling tidak, status keanggotaan Ukraina di NATO dan kemungkinan pengiriman senjata ke Ukraina dengan dalih NATO.”

Pledge (janji, pernyataan sikap) dari Ukraina itu sendiri bahwa negara ini tidak akan pernah lagi mempersoalkan masalah keanggotaannya di NATO. Ukraina harusnya, misalnya, ”mengubah konstitusi dalam aspek ini.”

Pengembalian Daerah Donetsk dan Luhansk di Donbas (yang bergabung dengan Rusia pada Mei 2022) ke Ukraina sepenuhnya, benar-benar, serta tidak dapat dicabut.

Perjanjian perdamaian jangka panjang secara hukum antara Rusia dan Ukraina, yang di dalamnya meliputi garis-garis besarnya keamanan yang dapat ditegakkan oleh (dan bukan saja secara retorika) “untuk mencegah kembali munculnya agenda revisi” oleh Kyiv.

Persetujuan dan kesepakatan antara Rusia dengan Barat untuk kembali pada “model keamanan bersama Eropa dan global” di tahun 1990an.

Putin mengatakan dalam sesi konferensi persnya itu bahwa, walau operasi militer “khusus” Rusia telah menggapai banyak tujuannya, “belum usai, belum dapat juga dinilai sampai akar permasalahan konflik ini belum hilang.” Ini dapat terjadi jika saja “bagian politik dari proses ini diimplementasikan,” tulisnya. “Jadi, dalam hal bagian politik dari proses ini, kita berharap ada pemahaman yang jernih tentang tidak ada alternatif bagi solusi yang memuaskan kami - bahkan solusi palsu pun tidak ada. Kami masih terbuka tanpa syarat (yakni tidak ada prasyarat) untuk pelaksanaan negosiasi atas dasar segala sesuatu yang disepakati pada akhir Maret lalu di Istanbul secara prinsip.”

Hal ini disampaikan juga oleh Lavrov: “Untuk harapan pengakhiran total permusuhan tanpa adanya perjanjian yang dapat dipercaya adalah jalan buntu. Untuk menyelesaikan permasalahan ini dengan cepat, adalah satu-satunya tiket menuju ke mana pun. Ini hanya upaya lain.”

Putin mengungkapkan dalam konferensi persnya ia siap untuk “bicara dengan siapa pun yang mempertimbangkan [suatu] tawaran Rusia” dan, “alangkah baiknya, dengan mereka yang [benar-benar] mempertimbangkan [usulan ini] dengan serius. Asalkan mereka terbuka kepada kita, kami terbuka.”

Sekretaris pers Kekaisaran Rusia Dmitry Peskov mengatakan beberapa hari kemudian ketika diminta pendapatnya apakah Putin akan bersedia untuk berunding dengan Trump untuk membicarakan krisis Ukraina itu, dia menjawab:”Segalanya bisa.”

Kremlin juga mengatakan nomor telepon Putin telah diberikan kepada Trump. Bahkan, menurut pengakuan Lavrov awal bulan ini, “Saya memiliki [nomor] telepon [Putin] dan saya telah menggunakan nomor itu beberapa kali.”