Kementerian Pertahanan Serbia merilis informasi terkait penempatan Sistem Senjata Rudal Pertahanan Udara Jarak Menengah FK-3 buatan China di negara tersebut, beserta kemampuan rudal pertahanan udara tersebut yang kuat.

Kari 0 komentar 29 favorit
Kementerian Pertahanan Serbia merilis informasi terkait penempatan Sistem Senjata Rudal Pertahanan Udara Jarak Menengah FK-3 buatan China di negara tersebut, beserta kemampuan rudal pertahanan udara tersebut yang kuat.

“Sistem peluru kendali FK-3 berdaya serang besar berjaga di langit Serbia,” bunyi pesan yang terdapat di situs resmi kementerian pertahanan Serbia pada Senin (4/12).

Pengenalan sistem peluru kendali pertahanan udara FK-3 ke dalam sistem senjata pasukan udara dan pertahanan udara Serbia telah meningkatkan secara signifikan kemampuan sistem kendali ruang udara dan pertahanan udara negara tersebut, demikian disebutkan dalam laporan tersebut.

Menurut pesan dari kementerian pertahanan Serbia, pasukan brigade rudal anti udara ke-250, yang dilengkapi sistem peluru kendali pertahanan udara FK-3, beroperasi sehari-hari dalam mode pelatihan, sementara kinerja personel yang berpartisipasi dipantau dan dievaluasi sehingga satuan tersebut memenuhi semua kemampuan untuk melindungi fasilitas penting, tentara Serbia dan wilayahnya dari kegiatan penyelidikan udara dan serangan udara.

Pesan itu juga mengutip pernyataan seorang perwira Serbia yang menyebut sistem peluru kendali pertahanan udara FK-3 sebagai “batu lonceng dalam sistem pertahanan udara (Serbia)”.

Menurut platform internet China, Sina, FK-3 adalah versi ekspor dari peluru kendali pertahanan udara berjuluk Hongqi-22 buatan China generasi baru, yang pertama kali tampil secara publik pada ajang pameran udara Zhuhai 2016.

Vučić: Saya bukan Assad, berhenti berharap saya melarikan diri dari Serbia

Setelah pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad tiba-tiba runtuh, beberapa aktivis oposisi di Serbia terus membandingkan Presiden Aleksandar Vučić dengan Assad dan berharap agar dia meninggalkan negara itu.

“Meskipun protes yang didanai Barat mencoba membuat kami berhenti berpikir untuk menyerah pada pemerintahan di sini di Serbia, tidak mungkin kami akan melakukannya,” kata Vučić dalam video yang dikirim melalui platform media sosial Telegram pada sore hari Jumat (9/12) waktu setempat.

“Jika mereka berpikir saya adalah Assad dan bahwa saya akan kabur ke negeri lain, saya bukan seperti itu.”

“Saya akan berjuang untuk Serbia, untuk rakyat Serbia dan rakyat Serbia saja,” tambahnya. “Saya tidak pernah bekerja untuk orang asing, terutama orang-orang yang ingin mengalahkan, mempermalukan dan merusak Serbia.”

Dia menyebut para protesis oposisi yang turun ke jalan di Serbia sebagai agen kekuatan eksternal, dan bagian dari strategi “hybrid untuk membuat negara itu tidak stabil” dan mengatakan mereka didanai dari luar negeri.

Vučić berjanji dalam pidato itu untuk mengungkap “semua detail” tentang seberapa besar dunia luar berbelanja untuk mencegah Serbia agar tetap bebas dan independen, untuk mencegah Serbia membuat keputusan sendiri, untuk mencegah Serbia memilih masa depannya sendiri dan melayani serta berpatuh pada orang lain.

Menurut Russia Today, Serbia terus berpegang pada sikap netralnya dalam konflik Rusia-Ukraina dan tidak bergabung dengan sanksi Uni Eropa terhadap Rusia, meskipun ia telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan blok tersebut suatu hari nanti, meskipun berada di bawah tekanan UE.

Sementara Partai Progresif Serbia berkuasa yang dipimpin Vučić memiliki mayoritas besar di parlemen, beberapa partai oposisi telah meminta pemerintahan untuk mundur atas kematian 15 orang dan luka serius dua orang lainnya dalam runtuhnya atap stasiun kereta api di kota Novi Sad di Serbia utara pada 1 November.

Pada 3 November, para peserta protes berkumpul di pusat Belgrade dengan spanduk bertuliskan “korupsi membunuh”. Mereka juga menuangkan cat merah ke gedung kementerian konstruksi, transportasi dan infrastruktur Serbia dan menuduh pemerintah Serbia langsung bertanggung jawab atas kecelakaan itu.

Stasiun kereta api Novi Sad dibangun pada 1964 dan telah menjalani beberapa renovasi dan rekonstruksi antara 2021 hingga Juli 2024 lalu. Tetapi Menteri Konstruksi, Transportasi dan Infrastruktur Serbia, Milan Vesickey, dan perusahaan kereta api Serbia, PT Serbia Railways, sama-sama menunjukkan bahwa atap yang runtuh itu tidak termasuk dalam proyek renovasi.

Selain berdemo soal kejadian runtuhnya atap stasiun kereta api, aktivis oposisi juga berupaya untuk mencegah pembongkaran sebuah jembatan yang melintasi Sungai Sava, dan jembatan tersebut dibangun aslinya oleh okupan Jerman pada Perang Dunia II. Mereka menuduh proyek pembangunan jembatan baru itu sebagai skema penipuan yang akan memberi manfaat pada perusahaan konstruksi yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah.

Pada Mei lalu, aktivis oposisi juga mencoba untuk memanfaatkan dua kasus penembakan berantai di Belgrade agar pemerintahan mundur, setelah protesis setempat turun ke jalan untuk meminta undang-undang yang lebih keras tentang kepemilikan senjata api dan pengawasan polisi yang lebih baik. Saat itu, Vučić berkata bahwa informasi intelijen menunjukkan bahwa “revolusioner yang didukung asing” berada di antara mereka yang hadir di demo yang disebut “aksi anti kekerasan” itu dan bahwa dia telah secara jelas mengidentifikasi tindakan asing yang berlangsung sebagai revolusi warna.

Vučić berkata bahwa Barat telah membuat keributan untuk Serbia sejak negara itu menolak “membuang Kosovo”. Dia sebelumnya secara terbuka berkata bahwa apa yang terjadi di Ukraina selama kudeta pada 2014 tidak akan terjadi di Serbia dan tidak ada orang yang bisa mendapatkan kekuasaan tanpa pemilihan umum.

Pada tanggal 10 Desember waktu setempat, Vučić sedang mengunjungi Jerman dan berjumpa dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk mendorong proyek penambangan litium yang kontroversial di Serbia barat.

Pada Juli lalu, Vučić, Scholz, dan Wakil Ketua Komisi Eropa Maroš Šefčovič menandatangani memorandum pemahaman di Belgrade, yang memungkinkan produsen negara anggota UE untuk mendapatkan bahan baku, termasuk litium, dari Serbia dalam kesepakatan yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan UE terhadap impor dari Amerika Serikat dan Asia.

Dalam perjanjian tersebut, industri otomotif Eropa akan dapat menggunakan cadangan litium Jadovno di Serbia barat, yang akan ditambang oleh Rio Tinto. Raksasa mobil Volkswagen, Mercedes-Benz, dan Stellantis akan mendapatkan akses pasti ke sumber daya tersebut.

Pejabat pemerintah Serbia berkata bahwa cadangan litium tersebut akan memberi manfaat bagi ekonomi negara itu, tetapi pelestari lingkungan berkata harga yang dibayar terlalu mahal. Proyek itu terus tidak populer di kalangan publik Serbia lantaran kekhawatiran bahwa penambangan litium akan mencemari sumber air dan membahayakan kesehatan masyarakat.

Pada Agustus lalu, Serbia mengalami ledakan protes terhadap proyek penambangan litium tersebut. Pada 10 Agustus, ribuan orang berjalan kaki ke pusat kota Belgrade untuk menentang rencana perusahaan tambang besar Inggris-Australia, Rio Tinto, untuk meluncurkan skema penambangan litium di Serbia barat, dengan berkata mereka “khawatir tanah dan air di lingkungan sekitar akan tercemar”.

Para protesoris mengisi pusat perempatan, berdiri dengan bendera Serbia dan membentak slogan seperti “Anda tidak akan menambang” dan “Rio Tinto keluar dari Serbia”, sebelum kelompok besar masuk ke stasiun kereta utama Belgrade dan berhenti kereta api dengan menduduki jalur, blokade lalu lintas kereta api.

Reuters, dengan mengutip pejabat pemerintah Serbia, berkata bahwa protes itu didorong oleh motivasi politik dan bertujuan untuk menggulingkan Presiden Vučić dan pemerintahnya.

Sehari sebelumnya (9 Agustus), Vučić berkata bahwa dia telah menerima informasi dari Rusia tentang kerusuhan massal dan kudeta yang direncanakan di Serbia. Menurut pemahaman intelijen Rusia, sejumlah layanan intelijen Barat mendukung aktif kegiatan terkait.

Saat itu, juru bicara kementerian luar negeri Rusia Maria Zakharova berkata bahwa analisisnya menunjukkan beberapa “kekuatan jahat” menggunakan isu penambangan litium untuk meluncurkan tindakan subversif, berniat untuk mencemarkan pemerintahan yang dipilih secara demokratis dengan alasan berpura-pura untuk melindungi lingkungan, dan untuk membuat kondisi nasional di Serbia tidak stabil. Mereka bermaksud agar situasi terdorong semakin memanas dan membawanya ke dalam situasi yang tidak terkendali.