Europe Memulai "Akhir Zaman Gazprom" saat Perjanjian Transit dengan Ukraina Berakhir Media Asing: Butuh 10 Tahun untuk Membangun Pipa ke Tiongkok
Raksasa energi Rusia, Gazprom, mengumumkan bahwa aliran gas ke Eropa berhenti setelah akhirnya kesepakatan transit antara perusahaan ini dengan Ukraina berakhir. Gazprom tidak lagi memiliki kondisi teknis maupun hukum untuk mengekspor gas ke Eropa melalui Ukraina.
Perdana Menteri Slovakia, Eduard Fico, yang sebelumnya mampir ke Rusia setelah Ukraina memutuskan untuk menutup katup, mengatakan pada 2 Februari bahwa ia akan menyarankan agar negaranya berhenti mengekspor listrik ke Ukraina dan "berkurang drastis" dukungan keuangan bagi sekitar 130.000 pengungsi Ukraina yang tinggal di sana. Fico menambahkan negaranya tidak akan berhadapan dengan kekurangan gas, tetapi akan kehilangan biaya transit senilai 500 juta euro yang diterimanya untuk mentransfer gas Rusia melalui Slovakia, dan Ukraina seharusnya memperpanjang masa transit atau menciptakan mekanisme kompensasi untuk mengganti kerugian keuangan negara tersebut. Sumber Polandia berkata, bila Slovakia memutus aliran listrik ke Ukraina, Polandia akan memberikan energi darurat ke Ukraina.
Selama hampir setengah abad, Uni Soviet dan kemudian Rusia mengirimkan gas alam ke Eropa melalui Ukraina. Pada 2023, Rusia mengekspor 15 miliar meter kubik gas alam ke Eropa melalui Ukraina, yang menyumbang sekitar 4,5% dari total permintaan gas alam Uni Eropa (UE). Kesepakatan transit gas alam antara Rusia dengan Ukraina sebelumnya dianggap sebagai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak. Setelah tiga tahun perang, kesepakatan tersebut tidak diperpanjang, dan sejumlah media menyebutnya "akhir zaman".
Alan Riley, pakar senior non-residen pusat riset Global Energy Center milik Atlantic Council, menganalisis bahwa mempertahankan kesepakatan transit akan membantu Ukraina untuk mengurangi risiko serangan Rusia terhadap jaringan pipa gasnya, tetapi demi memutus aliran dolar miliaran dollar pendapatan tinggi yang diterima Rusia setiap tahun dari ekspor gas, pihak Ukraina bersedia mengambil risiko ini. Selain itu, bagi Ukraina, yang berharap menerima dukungan militer dari Trump, memperbarui kesepakatan transit akan "toxic" secara politik, yang mungkin merupakan alasan terakhir mengapa Zelensky memutuskan untuk "menutup katup".
Sejak awal perang Rusia dan Ukraina, Amerika Serikat menjadi penyuplai terbesar gas alam cair (LNG) ke UE. Pada Desember lalu, Presiden terpilih AS, Donald Trump, berkeinginan agar UE meningkatkan pembelian minyak dan gas AS, demi memperkecil defisit perdagangan atau menghadapi tarif tambahan AS.
Institut riset Bruegel yang berbasis di Brussels, menuturkan Slovakia, Austria, dan Moldova, akan menjadi tiga negara yang paling terdampak akibat berakhirnya kesepakatan tersebut. Pada 2023, tiga negara ini masing-masing mengimpor 3,2 miliar, 5,7 miliar, dan 2 miliar meter kubik gas alam Rusia melalui Ukraina.
Sejumlah analis memprediksi bahwa Hongaria masih bisa menerima gas Rusia melalui TurkStream, dan Slovakia mungkin bisa menerima gas melalui Hongaria, Republik Ceko, dan negara lainnya, tetapi mereka akan kehilangan statusnya sebagai pusat distribusi gas alam alam tengah Eropa dan ratusan juta euro yang mereka terima dari biaya transit gas Rusia.
Moldova, yang tidak termasuk dalam UE, juga terdampak berat akibat ketegangan geopolitik. Al Jazeera melaporkan Rusia mengirimkan sekitar 2 miliar meter kubik gas alam per tahun ke wilayah Transnistria Moldova sejak 2022, yang kemudian menjual listrik yang dihasilkan dengan gas Rusia ke wilayah yang dikendalikan pemerintah Moldova. Tetapi Gazprom menurunkan pengumuman, dengan alasan tunggakan Moldova sejak lama, mereka memutuskan untuk menyuspend pasokan gas ke Moldova mulai 1 Januari 2025.
Sebelumnya, Moldova menyatakan keadaan darurat karena kekurangan gas alam pada Desember dan berencana untuk mengurangi konsumsi energi setidaknya sepertiga, memenuhi 38% kebutuhan energi mereka melalui produksi domestik, di mana 10% akan berasal dari sumber energi terbarukan, dan 62% diimpor dari Rumania tetangga. Mereka juga mengklaim menemukan alternatif untuk wilayah Transnistria tetapi tidak memberikan lebih banyak detail.
Pemimpin "Republik Transnistria", Vadim Krasnoselsky, berkata situasinya "tidak mudah", tetapi "secara umum, kami bersiap". Pada 2 Februari, semua perusahaan industri di wilayah tersebut, kecuali yang menjamin keamanan pangan, ditutup sementara. Kepala departemen pengembangan ekonomi wilayah itu, Sergei Obolonik, berkata situasinya masih berada dalam kendali, tetapi jika masalah ini tidak diselesaikan secara jangka panjang, perusahaan akan kehilangan kemampuan untuk memulai kembali.
Selain menemukan rute alternatif untuk gas alam pipa, sejumlah analis menunjuk LNG sebagai opsi mahal lainnya bagi negara daratan di tengah dan timur Eropa. Bloomberg melaporkan bahwa negara-negara ini akan memerlukan transportasi LNG terlebih dahulu melalui laut ke Jerman, Polandia, atau Yunani, kemudian diregasifikasi dan dibawa lebih jauh. Perkiraan Slovakia mengatakan ini akan menghabiskan biaya tambahan 177 juta euro bagi negara tersebut.
Apakah Rusia atau UE yang Siap?
Setelah berakhirnya kesepakatan transit, Ukraina akan kehilangan sekitar 800 juta dollar biaya transit setiap tahunnya, dan Gazprom kehilangan sekitar 5 miliar dollar dari penjualan gas setiap tahunnya.
Setelah berakhirnya kesepakatan transit gas Rusia-Ukraina, Rusia masih akan menyuplai sekitar 15 miliar meter kubik gas per tahun ke Rumania, Yunani, Serbia, dan Hongaria melalui pipa gas TurkStream dan BalkanStream, tetapi ini tidak bisa dibandingkan dengan pasokan gas tahunan 180 hingga 200 miliar meter kubik yang sebelumnya diberikan Rusia ke Eropa.
Di sisi lain, Komisi Eropa berkata mereka "sudah sepenuhnya siap", dan sistem gas alam UE "kuat dan fleksibel", dan kesenjangan akibat berakhirnya kesepakatan tersebut "mudah digantikan oleh LNG dan gas alam pipa non-Rusia dari rute lainnya".
Menurut data UE, kontribusi gas alam pipa Rusia dalam impor UE telah turun dari lebih dari 40% pada 2021 menjadi sekitar 8% pada 2023. Baik dalam hal gas alam pipa maupun LNG, Rusia menyumbang kurang dari 15% impor gas keseluruhan UE. Surat kabar Rusia, Kommersant, juga berkata bahwa pada akhir 2024, negara UE telah menjadi cukup tenang tentang kerugian 14 miliar meter kubik gas alam transit. Pasar tentu akan gelisah, tetapi harga gas tidak akan naik secepat histeris ketika perang Rusia-Ukraina dimulai pada 2022.
Setelah perang Rusia-Ukraina, Eropa membeli LNG dalam jumlah besar dari Amerika Serikat, Norwegia, Inggris, Aljazair, dan Qatar, dan mengimpor gas alam pipa dari Norwegia untuk memperbanyak pasokan. Selama itu pula, UE juga meningkatkan impor LNG Rusia. Bloomberg melaporkan Rusia menyediakan rekor pasokan LNG ke Eropa pada 2024 dan menjadi penyedia terbesar kedua setelah AS.
UE tidak akan berhadapan dengan kekurangan gas alam, tetapi risiko penyimpanan gas rendah pada akhir musim dingin semakin besar, yang mungkin membuatnya lebih sulit dan mahal untuk mengisi kembali stok untuk musim pemanasan berikutnya. Pada 2025, seluruh benua Eropa akan membutuhkan upaya ekstra untuk bersaing LNG.
Tetapi UE telah menetapkan tujuan untuk sepenuhnya berhenti bergantung pada bahan bakar fosil Rusia pada 2027 dan secara bertahap berpindah ke arah energi terbarukan. Namun, laporan BBC pada Agustus tahun lalu bahwa meskipun energi terbarukan yang semakin terjangkau menggantikan bahan bakar fosil, industri tidak akan selalu dapat digantikan oleh listrik. Dalam perang melawan gas Rusia, harga tinggi membuat banyak pabrik kesulitan bertahan, dan Eropa secara bertahap kehilangan basis industrinya. Di masa depan, pemulihan keluaran industri Eropa mungkin akan lebih lambat dibandingkan dengan penurunan harga energi.
Sementara itu, Rusia juga aktif membuka pasar baru. Pada November 2023, Gazprom mengumumkan telah menandatangani kontrak jangka panjang dengan Uzbekistan, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan untuk pasokan dan transit gas alam. Sama paralelnya, perusahaan ini juga melakukan negosiasi dengan China untuk mempercepat pengiriman gas dan mempromosikan pembangunan proyek "Power of Siberia 2".
Namun "mengubah" tidak akan mudah. Edisi Rusia majalah Forbes melaporkan pada 2022 bahwa pengurangan pasokan ke pasar Eropa berarti seluruh industri gas alam Rusia harus menjalani transformasi, karena infrastruktur pengiriman gas alam yang ada masih hampir sepenuhnya berorientasi pada Eropa. Surat kabar Kommersant juga mengatakan Rusia jelas belum siap untuk sepenuhnya meninggalkan Eropa. Pipa gas alam baru ke China akan membutuhkan setidaknya dekade untuk dibangun, dan pasar Asia Tengah tidak dapat menawarkan margin keuntungan yang sama dengan Eropa.
Diperlukan waktu untuk membuka pasar baru, tetapi pasar Eropa yang mengecil sudah memengaruhi dampak jangka pendek pada ekspor gas Rusia. Media Rusia mengungkap pada Mei 2024 bahwa Gazprom menderita kerugian bersih 629,1 miliar rubel pada 2023, karena berkurangnya pasokan ke Eropa dan harga bahan bakar yang turun. Ini adalah kerugian bersih pertama perusahaan tersebut sejak 1999.